Asal Template

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger


Rabu, 25 Februari 2009

Iptek, Politik, dan Politisi

Iptek, Politik, dan Politisi
Sesungguhnya yang sanggup mengabaikan iptek sekarang ini? Pada setiap kesempatan kita pasti membutuhkan bantuannya.... Masa depan ditentukan oleh iptek dan orang-orang yang bersahabat dengannya.

(Jawaharlal Nehru, dikutip dari ”India Perspectives”, 8/2008)

Politik ternyata juga kemauan. Semasa memerintah, Presiden George W Bush banyak memveto isu lingkungan. Misalnya, Protokol Kyoto tidak mau ia tanda tangani. Lalu, ketika Negara Bagian California minta persetujuan untuk menetapkan sendiri aturan mengenai emisi gas rumah kaca dari mobil dan truk, Bush menolak. Kini, setelah menjadi presiden, Barack Obama meninggalkan pendekatan pasif Bush terhadap lingkungan. Menanggapi permintaan California, Obama, 26 Januari lalu, segera memanggil Badan Perlindungan Lingkungan untuk mempertimbangkan permintaan tersebut.

Kalau saja California mendapat persetujuan dari Obama, akan ada 13 negara bagian, dan diyakini akan bertambah lagi, yang akan menerapkan peraturan serupa. Sebagai konsekuensinya, pabrik pembuat mobil di Amerika dan di tempat lain akan dipaksa untuk memproduksi mobil dan truk yang lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar dibandingkan dengan yang ada sekarang ini, dan itu dilakukan dalam tempo lebih cepat (IHT, 28/1).

Keputusan mengenai California di atas tidak saja penting untuk menghasilkan kendaraan hemat bahan bakar minyak, tetapi juga memperlihatkan komitmen Presiden Obama dalam upaya menanggulangi meningkatnya gas-gas rumah kaca.

Kalau George W Bush memulai pemerintahan dengan meninggalkan janji kampanye untuk meregulasi gas karbon dioksida dan dengan mundur dari Persetujuan Kyoto, Obama memulai pemerintahannya dengan sinyal jelas, ia tidak akan ragu- ragu menggunakan wewenang pengaturan yang diberikan oleh Akta Udara Bersih dan aturan lain yang ada di tingkat federal untuk memerangi pemanasan global.

Lebih jauh lagi, Obama juga memerintahkan Departemen Transportasi untuk merampungkan standar efisiensi BBM nasional, seperti dikehendaki oleh RUU Energi tahun 2007. Standar-standar ini akan menuntut peningkatan efisiensi BBM pada mobil dan truk ringan Amerika, dari sekarang rata-rata 27 mil per galon menjadi 35 mil per galon.

Peran politik dan politisi

Dari kasus AS dan khususnya Negara Bagian California, tampak bahwa campur tangan politik/pemerintah sangat besar. Akan tetapi, yang juga tidak kalah menentukannya adalah peranan politisi.

Tampak bahwa isu-isu iptek, termasuk lingkungan di dalamnya, semakin penting dewasa ini. Namun, ada berapa banyakkah negarawan dan politisi yang punya visi dan wawasan tentang iptek seperti halnya pemimpin India yang ucapannya dikutip di atas? Atau yang mau membuat terobosan kebijakan seperti halnya Presiden Obama?

Tentu dari waktu ke waktu pemimpin Indonesia menampilkan komitmen terhadap iptek. Cikal bakal riset nuklir, bahkan peroketan, sudah muncul di era Bung Karno. Semasa kepemimpinan Pak Harto lahir pula visi iptek seperti pemanfaatan sistem komunikasi satelit domestik dan pengembangan industri kedirgantaraan. Sayang di era reformasi kepemimpinan berlangsung pendek sehingga pemimpin tak cukup waktu untuk mengembangkan visi iptek.

Keadaan sekarang, terlebih- lebih di era pemilu, di masa krisis ekonomi pula, tampak semakin memprihatinkan. Kalangan politisi bisa dikatakan tak menaruh perhatian terhadap iptek, sebagaimana juga partai-partai politik. Berapa parpol yang pernah mengusung iptek sebagai program atau tema kampanye?

Ketika era semakin sarat diwarnai pemanfaatan iptek, tiadanya visi iptek di kalangan elite tak jarang lalu membuat bangsa kedodoran ketika menghadapi berbagai fenomena perubahan alam, kemajuan iptek, juga impitan krisis ekonomi. Hal itu masuk akal karena sendi-sendi kehidupan berbangsa—yang salah satu fundamentalnya adalah iptek—amat rapuh di sini. Salah satu indikator yang sering disebut-sebut adalah rendahnya anggaran iptek yang kurang dari 0,5 persen produk domestik bruto. Sementara negara yang berambisi menjadi negara maju, seperti China, terus menaikkan anggaran ipteknya.

Tinggi rendahnya anggaran iptek itu sendiri juga mencerminkan tinggi rendahnya komitmen iptek di kalangan politisi Indonesia. Di negara lain, iptek disadari semakin memainkan peranan dalam kehidupan politik. Isu pangan dan energi, juga isu kesehatan seperti flu burung, atau juga isu keamanan seperti yang menyangkut pengayaan uranium oleh Iran atau pengembangan rudal balistik oleh Korea Utara, terkait dengan iptek untuk memahaminya.

Tantangan ke depan

Ketika urusan dan krisis semakin kompleks, umat manusia dihadapkan pada berbagai tantangan baru. Misalnya, ketika jumlah penduduk makin banyak dan lahan pertanian makin sempit, pemerintahan di sejumlah negara dihadapkan pada pertanyaan sulit, yakni ”siapkah membuat terobosan dengan memperkenalkan tanaman pangan yang genetikanya dimodifikasi?” Atau, yang sebelumnya sudah sering muncul, ketika dihadapkan pada kesempitan energi, ”siapkah pemerintah memanfaatkan energi nuklir?” Lalu, kalau solusi yang diyakini adalah energi terbarukan nonnuklir, manakah yang harus diprioritaskan? Energi suryakah? Atau geotermal? Apa pun, semuanya membutuhkan adanya wawasan iptek untuk memutuskannya.

Sementara itu, lingkup wawasan iptek yang sebenarnya dibutuhkan oleh elite bangsa sebenarnya lebih luas lagi. Selain yang telah disinggung di atas, masih ada lagi soal kloning, bioterorisme, perang cyber, dan lainnya.

Dihadapkan pada realitas baru ini, pemerintah—seperti dikatakan Prof Katherine Pandora yang memberi kuliah tentang ”Science, Technology and Politics” di Universitas Oklahoma (2006)—terus-menerus dihadapkan pada tekanan untuk memutuskan apa yang harus didukung dan didanai dalam kebijakan iptek. Sementara itu, warga negara individu hidup dalam konsekuensi keputusan pemerintah, tidak saja setahun atau dua tahun, tetapi bahkan bergenerasi-generasi kemudian. Makanan yang kita makan, udara yang kita hirup, air yang kita minum, mesin yang kita gunakan dalam pekerjaan, sistem yang kita ada di dalamnya, lalu bagaimana kita hidup dan mati, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, merupakan bagian dari jaringan lebih besar yang ada di bawah naungan pengaruh iptek dan politik.

Dalam konteks itulah masih terus diharapkan keterbukaan para politisi terhadap wawasan iptek yang semakin besar peranannya dalam kehidupan warga individu maupun kehidupan kebangsaan.


Sumber : Kompas Cetak

Read More......

Kamis, 19 Februari 2009

School

Peran Sekolah Atasi Perilaku Membolos pada Remaja

PERGI ke sekolah bagi remaja merupakan suatu hak sekaligus kewajiban sebagai sarana mengenyam pendidikan dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Sayang, kenyataannya banyak remaja yang enggan melakukannya tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Banyak yang akhirnya membolos.

Perilaku yang dikenal dengan istilah truancy ini dilakukan dengan cara, siswa tetap pergi dari rumah pada pagi hari dengan berseragam, tetapi mereka tidak berada di sekolah. Perilaku ini umumnya ditemukan pada remaja mulai tingkat pendidikan SMP.

Salah satu penyebabnya terkait dengan masalah kenakalan remaja secara umum. Perilaku tersebut tergolong perilaku yang tidak adaptif sehingga harus ditangani secara serius. Penanganan dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab munculnya perilaku membolos tersebut.

Karena berbagai sebab
Faktor pendukung munculnya perilaku membolos sekolah pada remaja ini dapat dikelompokkan menjadi 3, faktor sekolah, personal, serta keluarga. Faktor sekolah yang berisiko meningkatkan munculnya perilaku membolos pada remaja antara lain kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, guru-guru yang tidak suportif, atau tugas-tugas sekolah yang kurang menantang bagi siswa.

Faktor personal misalnya terkait dengan menurunnya motivasi atau hilangnya minat akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran, atau karena kenakalan remaja seperti konsumsi alkohol dan minuman keras.

Sedangkan faktor keluarga meliputi pola asuh orang tua atau kurangnya partisipasi orang tua dalam pendidikan anak (Kearney, 2001). Ketiga faktor tersebut dapat muncul secara terpisah atau berkaitan satu sama lain. Pemahaman terhadap sumber penyebab utama sangat penting untuk mengatasi masalah ini.

Sekolah penyebab
Tanpa disadari, pihak sekolah bisa jadi menyebabkan perilaku membolos pada remaja, karena sekolah kurang memiliki kepedulian terhadap apa yang terjadi pada siswa. Awalnya barangkali siswa membolos karena faktor personal atau permasalahan dalam keluarganya. Kemudian masalah muncul karena sekolah tidak memberikan tindakan yang konsisten, kadang menghukum kadang menghiraukannya.

Ketidakkonsistenan ini akan berakibat pada kebingungan siswa dalam berperilaku sehingga tak jarang mereka mencoba-coba membolos lagi. Jika penyebab banyaknya perilaku membolos adalah faktor tersebut, maka penanganan dapat dilakukan dengan melakukan penegakan disiplin sekolah. Peraturan sekolah harus lebih jelas dengan sangsi-sangsi yang dipaparkan secara eksplisit, termasuk peraturan mengenai presensi siswa sehingga perilaku membolos dapat diminimalkan.

Selanjutnya, faktor lain yang perlu diperhatikan pihak sekolah adalah kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Dalam menghadapi siswa yang sering membolos, pendekatan individual perlu dilakukan oleh pihak sekolah. Selain terkait dengan permasalahan pribadi dan keluarga, kepada siswa perlu ditanyakan pandangan mereka terhadap kegiatan belajar di sekolah, apakah siswa merasa tugas-tugas yang ada sangat mudah sehingga membosankan dan kurang menantang atau sebaliknya sangat sulit sehingga membuat frustasi.

Tugas pihak sekolah dalam membantu menurunkan perilaku membolos adalah mengusahakan kondisi sekolah hingga nyaman bagi siswa-siswanya. Kondisi ini meliputi proses belajar mengajar di kelas, proses administratif serta informal di luar kelas.

Dalam seting sekolah, guru memiliki peran penting pada perilaku siswa, termasuk perilaku membolos. Jika guru tidak memperhatikan siswanya dengan baik dan hanya berorientasi pada selesainya penyampaian materi pelajaran di kelas, peluang perilaku membolos pada siswa semakin besar karena siswa tidak merasakan menariknya pergi ke sekolah.

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk memperhatikan siswa sehingga mereka tertarik datang dan merasakan manfaat sekolah adalah dengan melakukan pengenalan terhadap apa yang menjadi minat tiap siswa, apa yang menyulitkan bagi mereka, serta bagaimana perkembangan mereka selama dalam proses pembelajaran.

Dengan perhatian seperti itu siswa akan terdorong untuk lebih terbuka terhadap guru sehingga jika ada permasalahan, guru dapat segera membantu. Dengan suasana seperti itu siswa akan tertarik pergi ke sekolah dan perilaku membolos yang mengarah pada kenakalan remaja dapat dikurangi.

Tentu saja, pendekatan dari pihak sekolah ini hanya menjadi salah satu faktor saja. Faktor lainnya seperti faktor personal dan faktor keluarga juga tak kalah penting dan memberi kontribusi besar dalam perilaku membolos, sehingga pencarian mengenai penyebab yang pasti dari perilaku membolos perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum kita menetapkan pihak mana yang layak melakukan intervensi.

Read More......

Kamis, 12 Februari 2009

Sains

Indonesia Tertinggal dalam Bioteknologi

BANDUNG, RABU - Indonesia dinilai masih tertinggal dibanding negara lain dalam hal pengembangan bioteknologi.

"Masalah kerusakan lingkungan di Indonesia sudah dalam tahap memprihatinkan seharusnya menjadi tantangan Indonesia untuk mengembangkan bioteknologi," kata Direktur Pusat Riset Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Bambang Prasetyo pada Workshop dan Diskusi Bioteknologi di kampus Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung seperti ditulis dalam website universitas itu, Rabu (11/2).

"Di Indonesia, kecenderungan yang terjadi jika pada musim kemarau, kering, sementara ketika musim hujan, banjir. Ini merupakan tantangan bagi kita untuk menerapkan bioteknologi, sehingga mampu mengembangkan produk yang ramah lingkungan," kata Prof. Bambang yang juga Ketua Konsorsium Bioteknologi Indonesia.

Bioteknologi yang berpotensi dikembangkan di Indonesia meliputi bioteknologi pertanian, farmasi dan kesehatan, industri (bioproses), lingkungan, dan kelautan. Prof. Bambang yakin, apabila jeli melihat pasar akan ada peluang-peluang, terutama yang berkaitan dengan obat.

Kepada perguruan tinggi yang mengembangkan program studi bioteknologi dipesankan perlu adanya pendidikan yang terarah, infrastruktur yang mendukung, dunia usaha atau industri yang efisien, serta mengembangkan terus inovasi.

Faktor kunci pendukung inovasi adalah bergabung dengan "centralize" yang memiliki alat-alat laboratorium yang lengkap. "Jadi, tidak harus membeli satu per satu alat yang mahal," katanya.

Dikatakan ketertinggalan Indonesia dalam pengembangan bioteknologi, karena keterlambatan bisa meyakinkan para petinggi negara untuk menyatukan sumber daya alam yang ada dengan ilmu pengetahuan.

"Untungnya saat ini pemerintah kita sudah memiliki kesadaran akan pentingnya penyatuan itu, namun justru kalangan ilmuwan kewalahan," kata Prof Bambang mengutip pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada suatu kesempatan.

Indonesia memiliki Sumber Daya Alam (SDA) melimpah sehingga dapat dikatakan tidak ada yang tak ada di Indonesia, begitu juga potensi fotosintesis yaitu tumbuhan hijau di Indonesia tiga kali lebih besar dari negara empat musim. "Namun uniknya, Indonesia masih saja mengimpor daging sapi," katanya.

"Seorang petinggi dari Iran pernah bertanya pada saya dengan heran, mengapa Indonesia dengan kekayaan pepohonan hijau masih mengimpor daging sapi. Sementara negara Iran yang justru kering kerontang dapat mengekspor daging," kata Prof. Bambang.

Read More......

Rabu, 11 Februari 2009

Tekno

13 Februari 2009, Tanggal Keramat bagi Pengguna UNIX

Selasa, 10 Februari 2009 | 10:29 WIB

JAKARTA, SELASA — Jumat mendatang adalah tanggal 13. Angka 13 bagi sebagian orang melambangkan kesialan. Ditambah lagi, harinya hari Jumat. Seperti dobel sial deh. Di negara Barat, ada istilah Friday 13th, di mana pada tanggal dan hari tersebut biasanya terjadi hal-hal yang mengerikan. Nah tanggal 13 Februari yang jatuh pada hari Jumat pun patut diwaspadai para pengguna sistem operasi UNIX.

Mengapa? Sebab pada jam 11.31.30 UTC tanggal 13 Februari 2009, jam di UNIX akan terbaca 1.234.567.890. Nah, di mana Anda berada saat momen ini terjadi? Ingin tahu waktu di atas di wilayah Anda? Ketikkan skrip Perl yang dipersembahkan oleh Matias Palomec berikut:

perl -e 'print scalar localtime(1234567890),"-n";'

Nah jika ada alasan untuk khawatir pada tanggal 13 Februari, ya ini dia jawabannya. Masa iya ada begitu banyak angka yang mewakili waktu? Tapi, siapa tahu apa yang akan berhenti bekerja saat itu? Mungkin saja ada bom waktu yang tersembunyi.

Read More......

Senin, 09 Februari 2009

Sains

Akhirnya Indonesia Punya Atlas Nasional Resmi

JAKARTA, KAMIS - Setelah enam dasawarsa semenjak Indonesia merdeka akhirnya Indonesia memiliki Atlas Nasional yang mengandung informasi resmi tentang Indonesia untuk pertama kalinya.

Menurut Kepala Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), R.W. Matindas, sebelumnya Indonesia hanya memiliki Atlas Hindia Belanda yang merupakan hasil peninggalan dari masa pemerintah kolonial Belanda yang dibuat pada tahun 1938. Hal tersebut disampaikannya ketika membuka acara peluncuran atlas nasional Indonesia di Hotel Sahid, Jakarta (5/2).

Lebih lanjut ia menjelaskan, atlas nasional ini diharapkan dapat digunakan sebagai media promosi tentang Indonesia dan media pembelajaran. "Nantinya kita akan meluncurkan dua jenis atlas nasional ini.Selain kita akan meluncurkan dalam bentuk buku tercetak, kita juga akan meluncurkannya dalam bentuk web Atlas Nasional Indonesia yang dapat diakses melalui internet untuk mempermudah akses sehingga manfaat atlas ini sebagai media promosi dan pembelajaran dapat berjalan dengan baik" jelas Matindas.

Atlas nasional ini nantinya akan terdiri dari tiga volume. "Kita bersama-sama dengan pihak-pihak yang terkait lainnya akan merampungkan dua volume lagi yang belum selesai.Mudah-mudahan kita akan menyelesaikannya pada tahun 2010 nanti," ujar Matindas.

Atlas nasional ini dapat diperoleh publik melalui Pusat Jasa dan Informasi Bakosurtanal.

Read More......

Rabu, 04 Februari 2009

Teknologi

Listrik Tenaga Gravitasi Hebohkan Pamekasan

PAMEKASAN, SELASA—Setelah pembangkit listrik Jodhipati buatan Djoko Suprapto, kini giliran pembangkit listrik tenaga gravitasi yang kini mulai membuat heboh. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan, Madura, Jawa Timur, bahkan memastikan akan membantu pengurusan paten penemuan energi listrik tenaga gravitasi oleh Djoko Pasiro (40) warga Kampung Pongkoran, Kelurahan Gladak Anyar, Kecamatan Kota, Pamekasan itu.

"Kami akan membantu mengurus semua kelengkapan administrasinya untuk mendapatkan hak paten atas temuan Pak Djoko ini," kata Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumberdaya Manusia Pemkab, Drs. Abd Razak Bahman, Selasa (3/2).

Bahkan, kata mantan Kabag Kesra itu, Pemkab juga akan menyediakan dana khusus dari APBD. Sebab penemuan energi listrik tenaga gravitasi Djoko Pasiro tersebut juga merupakan aset bagi pemerintah daerah dan warga Madura pada umumnya.

"Kalau dimanfaatkan secara optimal dengan modal yang cukup, saya yakin di Madura, khususnya di Pamekasan tidak akan pernah kekurangan energi listrik," katanya.

Dalam penemuannya, Djoko mengandalkan gravitasi bumi untuk menghasilkan energi listrik. Energi listrik tersebut murni berasal dari kekuatan alam dan tidak ada bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan untuk menggerakkan mekanik penarik dinamo generator.

Menurut Abd Razak Bahman, temuan Djoko Pasiro tersebut, memang murni merupakan temuan teknologi canggih, bukan rekayasa sebagaimana pernah terjadi di daerah lain. Hal itu setelah Pemkab dan Bupati Pamekasan meninjau langsung ke rumah Djoko Pasiro, Senin (2/2).

"Dari hasil kunjungan itulah bupati lalu memerintahkan kami untuk menguruskan hak paten hasil kekayaan intelektual Pak Siro ini. Sekaligus dengan dananya. Sebab dia sendiri merasa kesulitan untuk mengurusnya," katanya.

Temuan energi listrik tenaga gravitasi yang spektakuler warga Kelurahan Gladak Anyar itu, kini sudah dimanfaatkan penerangan kebutuhan listrik di rumahnya dan tetangga sekitar Djoko Pasiro di Kampung Patemun. Terkait penemuannya itu, Djoko menyatakan kesiapannya diuji secara ilmiah.

Bahkan warga yang kesehariannya bekerja sebagai tukang servis elektronik itu juga mengaku pernah mempresentasikan penemuannya itu di Yogyakarta di sebuah lembaga penelitian teknologi. Bahkan ketika itu temuan Djoko tersebut sudah ditawar Rp5 miliar, tapi lulusan Sekolah Teknik Mesin (STM) Pamekasan itu menolak dengan alasan ingin mengembangkannya di Madura.

"Dengan uang sejumlah itu saya bisa membeli rumah baru dan fasilitas lainnya, tapi saya tetap merasa rugi. Sebab saya seolah tidak punya temuan, karena menjadi milik orang lain," terangnya.

Menurut Djoko Pasiro, temuan itu merupakan hasil penelitian yang ia lakukan selama puluhan tahun, sejak belajar di bangku sekolah.

"Saya bersedia menjelaskan secara ilmiah dan mempraktekkan ke publik nantinya apabila temuan saya sudah memiliki hak cipta," katanya menjelaskan.

Selain akan menguruskan hak patennya, Pemkab juga berjanji akan membantu Djoko untuk mencarikan investor nantinya.

"Kami berharap, kalaupun nanti sudah ada investor setelah ada hak paten, pengembangan lebih lanjut tetap di Pamekasan. Sehingga, kalau harus diproduksi masal, pabriknya harus di sini," kata Bupati Pamekasan Kholilurrahman.

Menurut Djoko Pasiro, pihaknya sudah menyiapkan tujuh tipe dari temuannya itu dan semuanya sudah dihitung secara ilmiah. Masing-masing tipe menunjukkan besarnya watt yang akan dihasilkan. Yakni antara 2.500 watt untuk hingga ribuan megawatt dengan biaya sekitar Rp 15 juta hingga ratusan juta rupiah bergantung pada tipe masing-masing.

"Kalau tipe yang menghasilkan Rp2.500 watt seperti yang sudah saya coba itu hanya Rp15 juta. Tapi kalo hingga tipe yang ribuan megawatt tentunya kisaran ratusan juta," terangnya.

Read More......

Selasa, 03 Februari 2009

Hitech

Google Earth Terbaru Mampu Jelajah Mars & Dasar Laut

SAN FRANCISCO - Meski masih menuai pro dan kontra tentang kehadirannya, Google Earth terus memperkaya inovasinya. Kali ini, pencinta peta digital dapat menggunakan Google Earth untuk melihat lautan, bahkan hingga ke Planet Mars.

Fitur baru ini hadir dalam software yang memungkin seseorang melihat citra gambar tentang ke dalaman laut, kondisi Mars. Tidak hanya itu saja, dengan Google Earth mampu menampilkan kondisi Bumi yang terbaru setiap waktunya.

Aplikasi yang diberi nama Google Earth 5,0 telah diujicobakan di California Academy of Sciences di San Francisco. Pada saat peresmiannya Senin kemarin, hadir mantan Wakil Presiden Amerika Serika Al Gore, penyanyi Jimmy Buffet. Kedua tokoh tersebut menyambut baik kehadiran Google Earth generasi baru tersebut.

Mereka mengatakan, perangkat ini bagus untuk mengetahui keadaan Bumi sesungguhnya dari ancaman pemanasan global, termasuk untuk memberikan pendidikan bagi masyarakat tentang kondisi alam semesta dan Bumi secara nyata.

"Ini merupakan alat pendidikan yang sangat kuat dan bagus," puji Al Gore, seperti yang dikutip Associated Press, Selasa (3/2/2009).

"saya berharap bahwa orang di seluruh dunia akan menggunakan Google Earth untuk melihat sendiri kenyataan dari apa yang terjadi karena krisis iklim," sambungnya.

John Hanke, Direktur Google Earth dan Maps mengatakan, ide penambahan gambar lautan datang sekira tiga tahun lalu. Ketika itu, seorang ilmuwan menyatakan sangat membutuhkan perangkat lunak untuk menganalisi hilangnya air yang meliputi hampir tiga perempat dari permukaan bumi.

"Dengan Google Earth, seseorang dapat menjelajah hingga ke dasar laut dengan tampilan gambar 3 dimensi," pungkas Hanke. (srn)

Read More......

Eman-eman

Sayang, Banyak Anak Cerdas Indonesia Diabaikan!

ANAK-anak cerdas istimewa ber-IQ di atas 125, yang jumlahnya di Indonesia sekitar satu juta anak, hingga saat ini terkesan masih diabaikan. Seharusnya, pengembangan keunggulan anak-anak cerdas dan berbakat istimewa ini mendapat perhatian serius pemerintah.

”Negara mestinya ’bernafsu’ melihat anak-anak berbakat ini. Maksudnya, ada keinginan kuat dan serius untuk bisa membantu pengembangan mereka demi kepentingan bangsa juga pada masa depan,” kata Yohanes Surya, Ketua Yayasan Tim Olimpiade Fisika Indonesia, pekan lalu.

Menurut Yohanes, Indonesia memiliki anak-anak cerdas dengan IQ 125 ke atas dalam jumlah yang signifikan. Potensi ini seharusnya tidak disia-siakan. ”Jika perlu, anak-anak berbakat ini dijadikan sebagai anak negara. Persiapkan mereka dengan baik sehingga pergi ke mana pun ke perguruan tinggi ternama di luar negeri, misalnya, keunggulan mereka muncul. Nama Indonesia juga kan yang harum,” ujar Rektor Universitas Multimedia Nusantara ini.

Seto Mulyadi, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, di Jakarta, secara terpisah, mengatakan, harus ada kelenturan dalam kurikulum pendidikan di negara ini. Sekolah jangan hanya mengejar kemampuan akademik dengan mengorbankan pengembangan karakter dan kreativitas setiap anak.

”Meskipun tanpa lembaga khusus, sebenarnya anak istimewa ini bisa ditemukan dan dikembangkan potensinya. Ujung tombaknya ada di guru, apakah mereka mampu melihat potensi setiap anak. Lalu, memberikan treatment yang tepat untuk bisa memunculkan keistimewaan anak tersebut,” ujar Seto.

Menurut Seto, dukungan untuk anak berbakat ini jangan sebatas kepada mereka yang cerdas secara akademik dalam bidang sains semata. Anak-anak yang punya bakat menonjol dalam bidang seni dan olahraga juga harus diberi kesempatan yang sama untuk mendapatkan layanan pendidikan terbaik.

Seto mengatakan, anak-anak cerdas itu bukan hanya sekadar IQ yang tinggi, tetapi juga punya tingkat kreativitas yang baik, serta memiliki komitmen tugas seperti disiplin dan tidak mudah menyerah.

Secara terpisah, Direktur Pendidikan Luar Biasa Departemen Pendidikan Nasional Eko Djatmiko mengatakan, pelayanan pendidikan bagi anak cerdas dan berbakat istimewa harus mempunyai semacam pusat evaluasi dan pendampingan dari pakar. ”Itu agar tidak terjadi salah diagnosa terhadap anak yang diperkirakan mempunyai potensi cerdas dan berbakat istimewa,” katanya dalam seminar yang diselenggarakan Asosiasi Penyelenggara, Pengembang, dan Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas/Berbakat Istimewa, Sabtu (31/1) di Jakarta.

Read More......