Asal Template

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger


Jumat, 20 November 2009

Techno

Google Demonstrasikan Chrome OS
Jumat, 20 November 2009 | 08:09 WIB

MOUNTAIN VIEW, KOMPAS.com - Google akhirnya secara resmi memamerkan Google Chrome OS, sistem operasi terbaru yang sedang dikembangkannya dalam konferensi pers di markasnya di Mountain View, California, Kamis (19/11). Namun, jangan harap bisa men-download versi beta software tersebut karena baru konsep dasar yang diperkenalkan.

"Kami tidak meluncurkan produk hari ini. Jadi tak ada beta hari ini," ujar Sundar Pinchai, wakil presiden manajemen produk Google dikutip InfoWorld. Pada kesempatan tersebut Google baru memperkenalkan konsep kerja Chrome OS dalam bentuk animasi dua dimensi.

Chrome OS merupakan sistem operasi yang dibangun dari platform web Chrome yang sudah dirilis Google. Sistem operasi ini didesain untuk mewujudkan secara penuh sistem konsep komputasi berbasis web sehingga semua layanan dapat saling terhubung baik diakses melalui PC, laptop, maupun perangkat mobile melalui internet.

Jadi, tak mengejutkan kalau nantinya tampilannya mirip browser Chrome. Di bagian atas adalah tab yang berisi menu program untuk email, musik player, dokumen, instant messaging, dan instant video. Penjelasan tersebut diringkas dalam bentuk animasi yang telah dirilis di YouTube. Animasi tersebut memberi gambaran lebih rinci mengenai konsep Chrome OS.

Read More......

Rabu, 04 November 2009

Sains Butuh Perhatian...

Sains Butuh Perhatian...

JAKARTA, KOMPAS.com — Sains adalah bidang pengetahuan strategis bagi perjalanan bangsa ke depan. Namun, minat para calon mahasiswa memilih sains saat ini masih rendah.

Di sisi lain, umumnya kondisi laboratorium di fakultas-fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) di hampir semua universitas di Indonesia dalam kondisi yang kurang menggembirakan. Kondisi tersebut sangat membutuhkan perhatian besar, bukan saja dari pengelola satuan pendidikan di perguruan tinggi, melainkan juga pemerintah dan swasta.

Hal tersebut diungkapkan Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof Dr des Soz Gumilar R Somantri dalam jumpa pers Seleksi Daerah Olimpiade Sains Nasional Perguruan Tinggi Indonesia (OSN PTI)-Pertamina, Selasa (3/11) di Kampus UI, Depok.

"Laboratorium dasar yang ada tidak terlihat sophisticated, selain tidak nyaman, juga tidak memberikan perasaan yang aman. Mana mungkin mahasiswa melakukan riset atau penelitian dengan peralatan yang usang," ujar Gumilar.

Pun, menurut Gumilar, kondisi tersebut dialami oleh rata-rata advance laboratory yang diperuntukkan bagi para dosen peneliti di banyak perguruan tinggi. Menurutnya, lab cycle pada advance laboratory tersebut rata-rata berumur pendek, maksimal dua tahun.

"Perputarannya cepat karena selalu saja ada yang baru. Untuk itu, perlu dukungan banyak pihak, setidaknya dukungan yang bisa menyokong kemandirian universitas untuk memiliki SDM yang akan mampu menciptakan dan mengembangkan peralatan-peralatan penelitiannya sendiri," tambah Gumilar.

Menurut Gumilar, hal itu menyebabkan para dosen S2 atau S3 selama ini pergi ke Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) di Serpong, Tangerang, untuk melakukan penelitiannya. Bahkan, para dosen peneliti itu terpaksa harus ke luar negeri.

Pelecut

Menurut Gumilar, salah satu penyebab rendahnya minat pelajar atau calon mahasiswa ke sains ternyata stigma Sains sebagai bidang pengetahuan yang sulit untuk dipelajari. Stigma "sulit" itu, kata Gumilar, juga berarti sulit dalam mencari pekerjaan setelah lulus kuliah.

"Itu karena kita sendiri yang menomorduakan sains. Sains masih sebagai kelas dua dibandingkan bidang lain, yaitu ekonomi, bisnis, dan lain-lainnya, padahal tuntutan kita ke depan kian sulit, mulai dari masalah kerusakan lingkungan, kesulitan energi, hingga pangan, dan sebagainya yang kelak sangat membutuhkan para ahli di bidang sains," ujar Gumilar.

Pendapat tersebut diamini oleh Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan. Karen menandaskan bahwa negara kita masih bergantung pada migas sehingga hal itu perlu dijadikan pelecut mahasiswa untuk mendalami bidang sains.

"Untuk itu, kami juga terus menggalakkan program-program CSR yang lebih strategis dan bermanfaat bagi dunia pendidikan, salah satunya upaya mendukung bidang sains dengan menggelar OSN sebagai program reguler," ujar Karen.

Menanggapi hal itu, Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Departemen Pendidikan Nasional Suryo Hapsoro Tri Utomo justru terkesan menangkis pendapat Rektor UI. Tanpa merinci data yang pasti, Suryo mengatakan bahwa dua tahun belakangan ini peningkatan terjadi pada jumlah mahasiswa sains di semua perguruan tinggi.

"Saat ini kita sedang menuju pada fasilitas bersama penelitian antar-beberapa perguruan tinggi, rencananya ada tiga tempat," ujar Suryo, yang belum bisa menyebut ketiga tempat tersebut.

Read More......