Asal Template

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger


Kamis, 25 Maret 2010

Techno

Virus Komputer "Life is Beautiful" Mengancam

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan peranti lunak Microsoft dan Norton, Selasa (23/3/2010), menginformasikan adanya ancaman penyusupan virus baru lewat surat elektronik (e-mail) yang merusak data komputer pengguna layanan internet, seperti Yahoo, Hotmail, dan AOL (American OnLine).

Virus itu masuk ke surat elektronik dalam bentuk program presentasi Power Point dengan nama "Life is Beautiful". Jika Anda menerimanya segera hapus file tersebut. Karena jika itu dibuka, akan muncul pesan di layar komputer Anda kalimat: "it is too late now; your life is no longer beautiful..." (Sudah terlambat sekarang, hidup Anda tak indah lagi).

Akibatnya, Anda akan kehilangan semua data di komputer. Bukan itu saja, orang yang mengirimkan 'virus' itu akan mendapatkan akses ke nama, e-mail, dan password Anda. AOL telah mengonfirmasikan, peranti lunak antivirus yang sementara ini sudah ada tidak mampu menghancurkan "Life is Beautiful". Virus ini diciptakan oleh seorang hacker yang menyebut dirinya "Life Owner". (KOMPAS/YUN)

Read More......

Senin, 22 Maret 2010

Language

Menyoal Bahasa "Gaul"

Oleh Ferdinaen Saragih

Dewasa ini penggunaan bahasa Indonesia (BI) kian digeser oleh bahasa gaul, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia media. Interferensi bahasa gaul (bahasa slank) bahkan muncul dalam penggunaan BI pada situasi resmi.
Secara harfial isatilah gaul berarti “hidup berteman” (KBBI Edisi Ketiga. Balai Bahasa. 2005) Istilah ini mulai muncul pada akhir ahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya anak tongkrongan yang biasanya kental dengan bahasa etnis betawi. Lambat bahasa gaul dianggap lebih bergengsi karena merupakan campuran antara bahasa masyrakat Ibu kota (etnis Betawi) dengan bahasa asing, sehingga masyarakat khusunya remaja secara psikologis ingin dianggap memiliki gengsi yang lebih tinggi dengan menggunakan bahasa gaul.

Ditambah dengan peran media (elektronik) lebih senang menggunakan istilah bahasa gaul dalam film-film khusunya film remaja. Aritnya bahasa gaul tidak hanya terjadi karena kontak langsung antara masyarakat itu sendiri, tapi sebagian besar karena “disuapi” oleh media. Padahal media massa memiliki peran besar dalam perkembangan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah yang yang telah ada.

Ironis memang, jika dulu media (media cetak) begitu bangga dengan bahasa Indonesia. Media turut serta menyebarkan kepada seluruh rakyat Indonesia, bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan, bahasa kebanggaan, tetapi sekarang peran media dipertanyakan? Akan tetapi kita masih bersyukur karena tidak semua media berperan dalam meruntuhkan penggunaan BI. Beberapa media masih tetap memegang teguh idealismenya. Umunya media-media cetak yang memiliki idealisme tinggi terhadap bahasa Indonesia.

Di samping itu, dunia pendidikan tentu sangat memengaruhi perkembangan bahasa Indonesia, namun sayangnya tidak jarang siswa bahkan pengajar sendiri memandang remeh bahasa indonesia itu sendiri. Bahasa indonesia seolah dinomorduakan. Pelajaran bahasa Indonesia hanya dianggap sebagai syarat untuk mendapatkan ijazah. Artinya tidak didasari kecintaan terhadap bahasa Indonesia itu sendiri. Siswa tidak dididik untuk sadar akan pentingnya bahasa Indonesia. Hal tersebut diperparah dengan cara pengajaran pendidik. Pengajar kurang bisa mendorong siswa untuk secara langsung mengaplikasikan teori-teori bahasa secara langsung. Misalnya dengan menulis. Dengan menulis siswa dapat belajar mengenai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan memilih kata-kata yang sesuai dengan pembakuan bahasa. Bukankah cerminan seseorang dapat dilihat dari segi bahasanya. Bahkan lebih jauh lagi, bangsa yang berbudaya luhur adalah bangsa yang menjungjung tinggi bahasanya.

Sekarang yang menjadi pertanyaan akan dibawa kemana bahasa Indonesia tercinta ini? Apakah kita akan terus terlarut dalam intervensi bahasa asing dan bahasa gaul yang kian meruntuhkan integritas bahasa indonesia itu sendiri? Jawabannya ada pada kita sebagai bangsa yang mencintai bangsanya dan bahasanya.

Di satu sisi memang bahasa itu adalah hak dari penuturnya. Terserah penutur ingin menggunakan bahasa apa. Akan tetapi bahasa itu seperti layaknya manusia, bahasa bisa hidup dan bisa juga mati. Apakah kita akan membiarkan bahasa Indonesia itu mati. Mungkin memang kekhawatiran itu masih jauh. Saya yakin bahasa indonesia akan terus hidup dengan catatan kita terus menyaring intervensi dari bahasa asing dan bahasa gaul.

Sebagaimana dengan hakikat bahasa itu sendiri, bahwa bahasa itu dinamis. Bahasa itu terus berkembang, baik secara kontak sosial secara langsung maupun tidak langsung. Bahasa indonesia pun demikian. Keterbukaan perlu untuk membuar agar bahasa indonesia menjadi bahasa yang mumpuni, artinya bahasa Indonesia tidak hanya dijadikan sebagai bahasa alat komunikasi semata, tetapi juga sebagai bahasa pendidikan. Disitulah mengapa beberapa istilah asing oleh Badan Penelitian Pengembangan dan Pembinaan Bahasa diindonesiakan.

Sesungguhnya adanya istilah bahasa asing kedalam bahasa Indonesia tidak semuanya berdampak buruk terhadap bahasa Indonesia itu sendiri. Hal itu juga bisa memperkaya bahasa Indonesia itu sendiri. Akan tetapi tetap perlu adanya kontrol agar penggunaan istilah asing tersebut proporsional.

Apakah kita Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap integritas bahasa Indonesia itu sendiri. bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, juga menjadi sesuatu kebanggaan kita di kalangan masyarakat dunia.

Dengan keperdulian pihak-pihak yang berpengaruh mempengaruhi eksistensi bahasa Indonesia yang baik dan benar tersebut, bahasa Indonesia dapat selalu memegang komitmennya, sesuai dengan tatan bahasa dan KBBI yang sudah ada.

Read More......

Rabu, 17 Maret 2010

TEACHER'S NEWS

Horeee... Guru Punya Bank Sendiri

JAKARTA, KOMPAS.com - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mendirikan Bank Guru berbentuk bank perkreditan rakyat yang tahun ini siap beroperasi di enam provinsi. Kepemilikan saham Bank Guru itu hanya bisa dinikmati guru, dosen, dan tenaga pendidik lainnya.
Bank ini didedikasikan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan dan profesionalisme serta perlindungan guru.
-- Unifah Rosyidi

Unifah Rosyidi, Ketua Harian Pengurus Besar PGRI yang juga Ketua Tim Pendirian Bank Guru, di Jakarta, Senin (15/3/2010), menjelaskan, pendirian Bank Guru itu untuk mendukung peningkatan kesejahteraan guru dan memudahkan guru dalam mendapatkan pinjaman dana. Meski merupakan salah satu unit usaha di bawah PGRI Pusat, pengurusan dan pengembangan Bank Guru ini dilakukan oleh tenaga-tenaga profesional serta mengikuti ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

"Kami ingin supaya guru tidak mengalami kendala dalam mendapatkan dana. Jika guru hendak kuliah, misalnya, mereka bisa menikmati pinjaman dari Bank Guru. Bank ini didedikasikan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan dan profesionalisme serta perlindungan guru," tutur Unifah.

Saham Bank Guru dapat dimiliki guru, dosen, dan tenaga pendidik lainnya. Nilai satu lembar saham Rp 100.000. Menurut Unifah, Bank Guru siap beroperasi di wilayah Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan DKI Jakarta. Modal minimal untuk pendirian Bank Guru di tingkat provinsi sebesar Rp 2 miliar.

Sulistiyo, Ketua Umum Pengurus Besar PGRI, menambahkan, PGRI yang menaungi lebih dari 2 juta guru kehadirannya mesti bisa bermanfaat bagi anggotanya.

"Guru yang mau kredit untuk menyekolahkan anaknya atau mau kuliah agar bisa ikut sertifikasi bisa mendapat pinjaman dari Bank Guru," ujarnya.

Sulistiyo mengatakan, terobosan-terobosan terus dilakukan PGRI untuk memperkokoh organisasi guru. Selain memperjuangkan kesejahteraan, fokus PGRI juga pada peningkatan mutu dan profesionalisme serta perlindungan hukum bagi guru.

PGRI, kata Sulistiyo, juga membentuk Dewan Kehormatan Guru Indonesia. Dalam kasus yang melibatkan guru diharapkan tidak langsung diproses polisi.

"Kami minta guru yang memiliki kasus penanganannya diserahkan dulu ke Dewan Kehormatan Guru. Dewan nanti akan mengkaji sanksi yang tepat, termasuk kemungkinan diproses hukum," ujarnya. (ELN)

Read More......

Jumat, 12 Maret 2010

Skill

Microsoft Tiupkan "Angin Segar" untuk Para Guru
Rabu, 10 Maret 2010 | 21:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Microsoft Indonesia meniupkan "angin segar" kepada para guru Indonesia yang saat ini masih sangat memerlukan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi, karena perubahan teknologi sudah sedemikian cepat, sementara banyak guru tertinggal untuk beradaptasi dan menguasai teknologi itu.
Microsoft sangat terbuka terhadap penggunaan open source. Mereka tidak memaksakan diri untuk memakai software-nya.

Demikian dikatakan Sekretaris Jenderal Ikatan Guru Indonesia (IGI) Moh. Ihsan kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (10/3/2010). Ihsan mengatakan, IGI sedang menjalin kesepakatan dengan Microsoft Indonesia untuk meningkatkan mutu guru Indonesia melalui pelatihan teknologi informasi.

Menurutnya, Microsoft berkomitmen memberikan pelatihan kepada sekitar 4.000 guru se-Indonesia selama setahun ini. Diharapkan, hal itu bisa mendapatkan dukungan dari semua pihak, termasuk Kementerian Pendidikan Nasional untuk merealisasikan kerjasama ini.

"Komitmen ini sudah dinyatakan kepada kami dan rancangan perjanjian kerjasamanya sedang kami finalisasi," tandas Ihsan.

Komitmen tersebut, lanjut dia, merupakan "angin segar" bagi guru-guru Indonesia untuk meningkatkan kompetensinya. IGI sendiri pun tidak perlu lagi mengeluarkan anggaran untuk membiayai para master teacher yang akan dikerahkan oleh Microsoft untuk melatih para guru tersebut.

"Yang menggembirakan, Microsoft sangat terbuka terhadap penggunaan open source. Mereka tidak memaksakan diri untuk memakai software-nya," tambah Ihsan.

Read More......