Asal Template

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger


Kamis, 08 Januari 2009

Techno

Awanto Pribowo, Pengolah Apel Afkiran Jadi Sumber Energi
Terinspirasi Helikopter Mainan Milik Keponakan

Buah apel tak hanya bisa diolah menjadi keripik, sari minuman, selai, atau jenang. Di tangan Awanto Pribowo, produk unggulan Kota Batu ini bisa disulap menjadi salah satu sumber energi alternatif meski yang dimanfaatkan hanyalah buah apel afkiran (sortiran).

Ahmad Yahya
-------------------------------------------
Menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di lingkugan Pemkot Batu tak membuat semangat Awanto Pribowo berhenti berusaha mengembangkan potensi daerahnya. Bowo - panggilan akrabnya - yang kini bertugas menjadi staf ekonomi pembangunan dan auditor di inspektorat Pemkot Batu, selain sebagai abdi negara, dia juga sibuk menguji coba beragam buah-buahan dan beberapa bahan lainnya menjadi sumber energi terbarukan.

Seperti halnya sore kemarin saat Radar bertamu ke rumahnya di Perumahan Puri Indah, Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu. Bowo tampak sibuk mengotak-atik seperangkat alat destilasi (penyulingan). Sepulang dari kantor, Bowo mengutak-atik seperangkat alat mini hasil modifikasinya sendiri.

Dari peralatan sederhana dengan biaya sekitar Rp 1 juta tersebut Bowo bisa menghasilkan ethanol. Bahan yang dihasilkan itu bisa dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Seperti bensin, cairan sterilisasi, campuran plitur, bahan tisu pembersih, dan sejumlah keperluan lainnya. Untuk bahan bakar jenis bensin, Bowo sudah seringkali menggunakannya menjadi campuran bahan bakar motor bebek miliknya.

Lokasi pembuatan ethanol dari apel milik Bowo bukan di tempat spesial. Bowo menjadikan salah satu bagian rumahnya menjadi ruang laboratorium terbuka. Bahkan, sama sekali tidak terlihat ruangan yang dipakainya itu untuk mengolah apel menjadi ethanol.

Ruangan itu baru terlihat menjadi pengolahan apel karena adanya peralatan destilasi dengan sejumlah tong dan beberapa tumpukan botol dalam kardus. "Sederhana bukan. Dengan begini saja sudah bisa membuat bensin kok. Apalagi kalau nanti sudah ada ruangan khusus," kata Bowo tersenyum.

Bahan bakar alternatif yang dihasilkannya memang belum banyak. Maklum, saat ini yang dimiliki hanya seperangkat destalasi mini hasil modifikasinya sendiri. Itu pun bisa dipindah-pindah. Selain tidak ada tempat, juga karena keterbatasan anggaran.

"Tujuan utama saya sebenarnya menyederhanakan teknologi," kata Arema kelahiran 19 Februari 1968 silam ini.

Selain apel, Bowo juga sudah bisa menghasilkan beragam ethanol dari bahan lainnya. Seperti blimbing, tomat, jagung manis, singkong, jahe, laso, kunir, kencur, dan serbuk kayu.

Latar belakang pendidikan Bowo sama sekali tidak ada kaitannya dengan teknologi terapan itu. Apalagi, selama pendidikan di perguruan tinggi, dia menempuh kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) di Unmer Malang. Dia memilih menekuni riset itu karena tergugah helikopter remote control yang bersumber energi ethanol.

Pada 1997 silam, dia melihat salah satu keluarganya sedang bermain-main dengan peralatan tersebut. Jarang yang memiliki karena selain sulit mencari bahan bakarnya, harganya juga mahal. Saat itu per liter ethanol Rp 15 ribu.

Padahal, untuk mencari ethanol juga tidak mudah, meski membuatnya tidak sulit. Merasa tertarik, Bowo pun berusaha mencari tahu pada Ruslan, salah satu pamannya yang pensiunan TNI AU.

Tak puas dengan ilmu yang diberikan Ruslan, Bowo pun berusaha mencari sendiri beberapa literatur buku. Seminggu sekali dia menyempatkan belajar di Perpustakaan Kota Malang. Jika tidak ada, dia juga mengakses internet.

Menguasai toeri itu bukan pekerjaan mudah dan cepat bagi Bowo. Bowo hampir menghabiskan waktu sekitar sebelas tahun sejak ketertarikannya menghasilkan ethanol hingga mengujicobanya pada motor. "Waktunya memang terbatas, makanya lama," katanya.

Apalagi, Bowo juga harus melakukan ujicoba berulangkali tanpa pendamping. Ia hanya mengandalkan buku, internet, dan kegagalannya menjadi guru. Terlebih lagi, pamannya Ruslan yang selalu diajak berdiskusi meninggal dunia.

Setelah berhasil mengotak-atik alatnya, Bowo pun berhasil membuat ethanol. Bahannya juga tak sulit mencarinya. Karena sangat banyak di kota asal Bowo bekerja, Batu.

Saat ini produk yang dihasilkan Bowo masih mahal. Sebab, energi yang dipakai mengolah masih bersumber dari listrik. Kondisi akan berbeda jika energi pengolah bersumber dari energi surya, angina, atau air. Saat ini pun Bowo sudah merancangnya.

Besarnya biaya itu bisa dilihat dari tagihan listrik di rumahnya. Rata-rata tagihan listrik per bulannya hanya Rp 60 ribu. Tapi, dengan kerap menggunakan peralatan destilasi, tagihannya membengkak menjadi Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu.

Sukses membuat ethanol tak langsung membuat Bowo berpuas diri. Sebab, saat ini dia hanya bisa menghasilkan sedikit. Bowo memiliki keinginan menghasilkan banyak ethanol dalam jumlah besar. Salah satunya dengan membuat pabrik. Selain bisa menghasilkan sumber energi alternatif, juga bisa menyerap tenaga kerja dan memanfaatkan bahan baku yang ada di sekitar lingkungannya.

Namun, ia terkendala dengan keberadaan anggaran. Dia berharap agar pemerintah Kota Batu yang juga tempat dia mengabdi pada negara bisa memberikan perhatian. (*/war)

Tidak ada komentar: