Asal Template

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger


Rabu, 17 Desember 2008

Kejahatan Terhadap Anak

Waspadai Kejahatan pada Anak

Kejahatan pada anak usia sekolah seolah menjadi santapan pembaca media sehari-hari. Mulai kasus penculikan, pelecehan seksual, hingga narkoba. Celakanya, semua kejadian itu banyak yang membuat orangtua “parno”, sehingga mereka pun berlomba-lomba memproteksi pergaulan anak. Pergi dan pulang sekolah diantar jemput mobil pribadi, pergi keluar rumah dibatasi bahkan kalau perlu dilarang, membekali anak telepon genggam lalu berkali-kali menelepon menanyakan keberadaan anak, dan berbagai sikap overprotective lainnya.

Adalah hal wajar jika orangtua ingin menghindarkan anak dari kejahatan, namun tindakan “sterilisasi” sebaiknya ditinjau kembali. Bukan apa-apa, lingkungan anak usia sekolah sudah lebih luas. Tindakan “mengerangkeng” anak tidak hanya menumpulkan kecerdasan sosialnya, tapi juga membuatnya tidak percaya pada lingkungannya.

Anak akan melihat lingkungan luar rumahnya sebagai tempat menyeramkan dan tak aman. Selanjutnya akan tertanam pada diri anak rasa curiga dan tak percaya pada lingkungan, selain kemampuan berbagi, toleransi, peduli, empati dan sebagainya tidak berkembang dengan baik.

Lagipula, anak yang disterilkan dari lingkungan luar rumah bukan berarti tidak berisiko tinggi menjadi korban kejahatan. Ingat, pelaku kejahatan tidak hanya orang asing, tapi juga orang yang sudah dikenal dekat. Tukang ojek langganan antarjemput sekolah, sopir pribadi, bahkan teman-temannya sendiri di sekolah. Celakanya, karena dikenal dekat dan akrab, orangtua tidak terlalu menaruh curiga. Lain halnya jika anak berinteraksi dengan orang asing, orangtua langsung pasang rambu-rambu, “Hati-hati dengan orang yang baru dikenal, ya!”

Jadi, yang harus dilakukan bukanlah “memenjarakan” anak, melainkan mengajarkan sikap kehati-hatian atau waspada. Itu berlaku bagi orang asing maupun orang yang sudah dikenalnya. Ibaratnya, bila kita mempunyai rumah di dekat sungai, bukan melarang anak bermain di sungai, melainkan harus mengajarinya berenang. Orangtua perlu membekali anak untuk bisa menjaga keselamatan dirinya. Dengan cara itu, anak sudah memiliki “tameng” saat berinteraksi dengan lingkungan, di mana lingkungan yang dihadapinya tidak selalu steril dan aman.

Tidak ada komentar: