Asal Template

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger


Senin, 22 Desember 2008

TELEKOMUNIKASI

Telekomunikasi: Makin Murah, Makin Mudah dan Makin Meriah

Senin, 22 Desember 2008 | 07:11 WIB

WAJAH Edo tampak sumringah, dua pot aglaonema lipstick yang dijualnya seharga Rp 80 ribu per pot, laku terjual setelah beberapa menit sebelumnya ia menelepon pelanggannya. Kini, tanaman-tanaman yang dipikulnya hanya tersisa tiga pot tanaman saja yaitu dua pot bromelia dan satu pot anthurium.

Sejak memiliki handphone satu bulan silam, pemilik nama asli Masriah itu memang memanfaatkan benar alat komunikasi ini untuk berjualan bunga. Setiap bertemu dengan para pembeli, Edo pasti akan meminta nomor handphone mereka. Alhasil, setiap ada tanaman baru yang dibawanya dari Bogor, Edo langsung mengirim pesan singkat kepada pelanggannya.

Edo mengaku memutuskan memakai handphone setelah tahu bahwa tarif telekomunikasi kini semakin murah. Meskipun HP yang dimilikinya terbilang murah, benda itu sangat berguna baginya untuk berkomunikasi dengan para pelanggan. "Nggak kayak dulu lagi, saya sering jalan keliling jalanan sampai jauh, nawarin bunga, tetapi pembelinya sedikit. Sekarang saya sudah punya belasan pelanggan tetap, tinggal telepon saja. Entar saya samperin," ucap lelaki asal Bogor yang berjualan bunga di seputar Jakarta Selatan.

Dari segi pendapatan, omzetnya pun naik drastis setelah ia memiliki HP. Saat belum memiliki HP, dagangannya paling banter laku Rp 50 ribu per hari, itu pun belum dipotong ongkos kereta ekonomi dari Bogor ke Jakarta pulang pergi. Kini dalam sehari ia bisa mengantongi minimal Rp 150 ribu. Bahkan pernah sehari dia meraup Rp 500 ribu dari penjualan aglaonema legacy yang masih mahal. Otomatis, ia kini tak pernah tekor lagi.

Senasib dengan Edo, Soleh (53) yang berprofesi tukang urut keliling juga memanfaatkan benar kehadiran handphone yang sudah bisa dibelinya enam bulan lalu. Dengan mematok tarif Rp 25 ribu per jam, dia kini telah mempunyai banyak pelanggan yang suatu saat akan memanggilnya baik lewat SMS maupun meleleponnya.

Dalam semalam, jelasnya, minimal empat orang memanggil dia untuk memijat, sehingga minimal dia mendapatkan uang sebesar Rp 100 ribu per malam. Hal yang jarang terjadi saat dia belum memiliki HP.

Edo dan Soleh adalah salah satu contoh kecil pengusaha mikro tanah air yang mendapatkan manfaat dan kemudahan mencari uang setelah tarif telekomunikasi turun. Pemerintah menurunkan tarif telekomunikasi interkoneksi yang mulai berlaku sejak 1 April 2008.

Sebelum ada kebijakan itu, bagi pengusaha mikro macam Edo, HP adalah barang elit yang masih terasa sulit dijangkau. Kini penggunaan alat telekomunikasi dengan tarif yang tak membuat kantong jebol ini membuat jumlah pelanggan telekomunikasi makin meluas hingga di pelosok Indonesia .

Menteri Komunikasi dan Informasi, Muhammad Nuh DEA pernah mengatakan, penurunan tarif dilakukan agar masyarakat kalangan menengah bawah bisa ikut menikmati teknologi ini. "Pada intinya agar pengusaha kecil dan mikro juga bisa memanfaatkan ini untuk meningkatkan usahanya," kata M Nuh.

Jumlah pemilik handphone tahun ini dipastikan melonjak tajam. Akhir tahun ini, penetrasi telekomunikasi di Indonesia diperkirakan bakal menembus angka 143 juta nomor aktif, atau sekitar 65 persen dari total penduduk Indonesia. Data per September menunjukkan, angka tersebut masih didominasi oleh tiga besar penguasa GSM.

Telkomsel memimpin pasar dengan 65 juta pelanggan, diikuti Indosat yang meraup 35 juta pelanggan dan XL dengan 25 juta pelanggan. Hingga pengujung 2008 ini, tingkat pertumbuhan pelanggan secara industri diperkirakan mencapai 30 persen. Jumlah operator pun semakin meriah, kini terdapat sebelas perusahaan telekomunikasi berbasis GSM dan CDMA. Setiap provider berlomba-lomba menawarkan tarif yang sangat miring. Perang tarif melalui iklan pun tak dapat dihindari.

Peningkatan drastis terjadi pada waktu bicara pelanggan yang mencapai ratusan persen. Bahkan, PT Excelcomindo Pratama Tbk, meraup perolehan yang terbilang dahsyat, mencapai lebih dari 1.000 persen setelah kebijakan penurunan biaya interkoneksi diberlakukan. Menit percakapan XL hingga dua kwartal lalu meningkat lebih dari 10 kali lipat dari 1,7 miliar menit pada Juni 2007 menjadi 19,3 miliar menit pada Juni 2008.

Pendapatan usaha pun melambung tinggi. Per September 2008, revenue XL mencapai Rp 9,2 triliun, atau naik 60 persen dibanding tahun lalu.
Presiden Direktur XL Hasnul Suhaimi memperkirakan, pertumbuhan pelanggan akan berlanjut hingga tahun depan. Namun karena murahnya tarif, maka pertumbuhan pendapatan akan melambat.

Hal ini juga diiyakan oleh Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI), Merza Fachys. Tingkat pertumbuhan pelanggan 2009 diperkirakan masih mencapai 20 persen, sementara menit pemakaian akan naik empat hingga lima kali lipat dari tahun ini. Pertumbuhan pendapatan diperkirakan flat layaknya tahun ini.

"Tahun ini menjadi tahun bagi pelanggan dari kalangan menengah ke bawah. Karena murahnya, mereka pun kini mampu membeli handphone, sebagai akibatnya, selain pelanggan meningkat, percakapan pun melonjak tajam," kata Merza.

Perang tarif yang marak pada tahun ini akan mulai mereda seiring besaran belanja modal yang menyusut dibandingkan tahun ini. Terlepas dari pendapatan operator telekomunikasi yang mulai datar, pengamat telekomunikasi M Hendro Wiyono mengatakan, kebijakan penurunan tarif interkoneksi sangat menguntungkan masyarakat Indonesia. Terutama bagi masyarakat kalangan menengah bawah kini bisa mempergunakan layanan telekomunikasi untuk kepentingan mereka.

"Kebijakan ini mengena bagi masyarakat. Yang terpenting adalah bagaimana masyarakat kalangan menengah bawah dan di pelosok tanah air bisa memanfaatkannya," kata Hendro.

Murahnya biaya telekomunikasi kini membuat pengusaha mikro semacam Edo dan Soleh bisa berkomunikasi dengan para pelanggan untuk mengembangkan usahanya.

Hendra Gunawan
Sumber : Persda Network

Tidak ada komentar: